Archives
Blog Stats
- 164,092 hits
Sejarah dari Barong Landung merupakan perwujudan dari raja Bali yaitu Raja Jaya Pangus yang memperistrikan seorang Putri Cina bernama Kang Cing Wei. Raja Jaya Pangus diwujudkan dalam Barong Landung ditokohkan dengan boneka besar hitam dan giginya ronggoh, sedangkan putri Kang Cing Wei ditokohkan dengan boneka cantik tinggi langsing bermata sipit dan selalu tersenyum mirip dengan roman muka seorang Cina. Raja Jaya Pangus yang bertahta di Pejeng yang tidak diketahui di Bali pada jaman paparaton dari dinasti Warmadewa, didampingi oleh seorang Bhagawan yang sakti dan bijaksana bernama Empu Siwagana. Perkawinan Raja Jaya Pangus dengan Putri Cina sudah terjadi tetapi Sang Hyang Bhagawanta tidak merestui perkawinan itu. Sri Jaya Pangus dituduh telah melanggar adat yang sangat ditabukan saat itu, yakni telah dengan berani mengawini putri Cina yang elok bernama Kang Cing Wei itu. Empu Siwagana lalu menghukum Raja Jaya Pangus dengan membuat hujan lebat dan membuat kerajaan menjadi banjir dan tenggelam. Walaupun perkawinanya tidak direstui oleh Dewa, ia tetap mencintai istrinya seorang Cina itu. Raja Jaya Pangus akhirnya pergi dan membuat kerajaan baru yang diberi nama kerajaan Balingkang. Nama ini merupakan perpaduan dari kata Bali = bali, dan Kang = Cina. Raja kemudian dijuluki oleh rakyatnya sebagai Dalem Balingkang. Sayang, karena lama mereka tidak mempunyai keturunan, raja pun pergi ke Gunung Batur, memohon kepada dewa di sana agar dianugerahi anak. Namun celakanya, dalam perjalanannya ia bertemu dengan Dewi Danu yang jelita. Ia pun terpikat, kawin, dan melahirkan seorang anak lelaki yang sangat kesohor hingga kini yaitu Maya Danawa.
Sementara itu, Kang Cing Wei yang lama menunggu suaminya pulang, mulai gelisah, Ia bertekad menyusul ke Gunung Batur. Namun di sana, di tengah hutan belantara yang menawan, iapun terkejut manakala menemukan suaminya telah menjadi milik Dewi Danu. Ketiganya lalu terlibat pertengkaran sengit.
Dewi Danu dengan marah berapi-api menuduh sang raja telah membohongi dirinya dengan mengaku sebelumnya sebagai perjaka. Dengan kekuatan gaibnya, Dalem Balingkang dan Kang Cing Wei dilenyapkan dari muka bumi ini. Oleh rakyat yang mencintainya, kedua suami istri “Dalem Balingkang dan Kang Cing Wei” itu lalu dibuatkan patung yang dikenal dengan nama Stasura dan Bhati Mandul. Patung inilah kemudian berkembang menjadi Barong Landung.
Mengenai sejarah tari Barong Landung versi lainnya, pada jaman dahulu di suatu desa terjadi musibah, penduduk banyak yang jatuh sakit. Sebagai kepercayaan turun temurun bahwa yang menyebabkan banyak jatuh sakit adalah “leak” pengikut dari ratu jahat berbentuk raksasa besar dari Nusa Penida bernama Ratu Gde Mecaling. Untuk menanggulangi wabah tersebut timbul akal dari seorang pendeta untuk membuat boneka yang menyerupai Ratu Gde Mecaling sebagai pengusir leak tersebut. Apabila Barong Landung ini pergi ngelawang khususnya pada saat ada wabah penyakit atau ada orang berkaul karena telah sembuh dari penyakitnya, karena gangguan Ratu Gde Mecaling dari Nusa Penida dapat diusir. Melihat tari Barong Landung sebagai tarian boneka raksasa yang besar, diberi nama Djero Gde dan Djero Luh. Djero Gde digambarkan sebagai manusia raksasa yang sangat seram dan tertawa terbahak-bahak sedangkan Djero Luh adalah sesosok wanita yang besar bermata sipit tetapi sering lucu. Berdasarkan kepercayaan pada sejarah tersebut, keberadaan Barong Landung tetap hidup dan dipentaskan sampai saat ini. Barong Landung juga dikeramatkan di beberapa pura di Bali salah satunya di Desa Blahbatuh Gianyar karena diyakini mempunyai kemampuan gaib untuk mengusir malapetaka dari segala musibah penyakit.
Di beberapa tempat di Bali ada juga Barong Landung yang lebih lengkap dari pada yang hanya sepasang saja, tetapi ada yang diberi peran seperti Mantri, Galuh, Limbur dan sebagainya. Mereka dipakai sebagai anggota dalam pementasan yang membawakan lakon Arja (terutama didaerah Badung dan Denpasar) dan diiringi dengan gamelan Batel.
*Dari berbagai sumber
September 27, 2011 - Posted by kevinabali | Art & Culture, History | barong, barong landung, Kang Cing Wei, Landung, Raja Jaya Pangus
Kevinabali merupakan suatu blog yang berhubungan dengan Bali. Disini akan dimuat tentang koleksi dari berbagai sumber, mulai dari informasi seputar Bali dan sekitarnya, kehidupan masyarakatnya, adat-istiadat, seni dan budaya Bali dan juga kerajinan(craft) khas Bali.
Barang-barang cantik dan unique bisa anda dapatkan disini khususnya Perhiasan Perak (Silver Jewelry), dan masih banyak lagi yang lain dan tentunya akan diupdate sesering mungkin.
Pastinya jangan lupa untuk sering-sering mampir ke kevinabali.wordpress.com. Jangan lupa juga untuk Bookmark / simpan alamat website ini ya.
Salam,
KevinaBali
M | T | W | T | F | S | S |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | 2 | 3 | 4 | |||
5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 |
12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 |
19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 |
26 | 27 | 28 | 29 | 30 |
Bali Art Festival XXXV 2013
“Taksu : Membangkitkan Daya Kreatif dan Jati Diri”
Please visit http://www.baliculturegov.com or contact: 0361. 243 621 for detail information & schedule
The annual event takes place around July or August as the strong wind heads for Padanggalak, Sanur, where the festival is held. Never imagine numerous small colourful kites decorate the blue sky above Sanur beach as the festival shows off various forms and colours of giant kites of 10-meter width. It is really about the competition of Balinese's creativity.
The month of August in Bali witnesses the great commemoration of the anniversary of Bali Province that takes place on August. The running competition takes participation of elite athletes from international, national, public and students. As part of sport tourism, this event is expected to draw a big number of tourists to highlight this event on their holiday agenda.
Amongst the foreign arrivals, Europe particularly, Sanur suits their best taste. The green view of villages in Sanur area which is well sustained inspires the organization of Sanur Village Festival that brings along a series of cultural events, music shows and culinary festival, also dance performances and water sports activities. Besides, through this event, the villagers around Sanur can merge with international community.
The carnival that takes place in the most famous tourist spot in Bali, Kuta beach, is usually held towards end of the year, like in October or September. It is a complete annual occasion consisting of beach sports, art and cultural, food festival, and painting exhibition centered at bursting Kuta.
Taking place in the best tourist spots, Nusa Dua and Peninsula Island, an annual festivity of Nusa Dua Fiesta is scheduled in October. The special 4-day occasion combines art and cultural activity, sport, music and exhibition also.
nice post…
di desa saya ada juga yg seperti ini,, tetapi di sebut ratu gede yg sangat di sakralkan tidak untuk di pertunjukan..
smg menjadi referensi untuk anak cucu kita kedepannya..
Comment by gunk indra | March 30, 2012 |
suksma sudah berkunjung ke blog saya. pertahankan Ajeg Bali
Comment by kevinabali | April 3, 2012 |
Saya pernah melihat tariannya waktu kecil di desa saya lupa pas ada upacara apa n ada upacara mepeed.
Comment by Hery - HokiLink | December 16, 2012 |
ceritanya sangat baguz..keren………..
Comment by agus pradana | February 27, 2013 |
Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya.
Comment by kevinabali | April 9, 2013 |
Sya sangat salut dengan raja jaya pangus,karena dya memiliki 2 istri …
Comment by nyoman agus raditya putra | October 1, 2015 |